Sabtu, Januari 17, 2009

New Phase


Terus terang saya bukanlah orang yang “ndhableg” kadang malah bisa dibilang serius makanya ketika stress datang kadang serius banget berpikir untuk menyelesaikan permasalah an tersebut sampai-sampai yang lain tidak mendapatkan porsi di pikiran saya. Jujur, itu memang kelemahan saya dan syukur pasangan juga sudah mengerti. Mungkin bisa dibilang itu merupakan kelemahan laki-laki beda banget dengan perempuan yang bisa bekerja dengan berbagai macam pekerjaan atau bahasa kerennya multitasking job.

Saya jadi ingat ketika saya harus memasuki fase baru dalam kehidupan saya. Jujur, saya nervous banget takut salah mengucapkan ijab karena grogi dilihat orang yang sebegitu banyaknya. Cuman berharap kepada Nya agar diberikan kelancaran. Melihat orang yang mondar-mandir malah bikin pusing dan badan “nggregesi” dan sudah capek mondar-mandir ke toilet karena diare. Sempat berpikir sepertinya lebih parah nervous nya dari sekedar interview pekerjaan. Fuihhh… this is worse than job interview. Ya meski sudah sering ketemu sama Bapak (mertua) tapi sekarang ini hitungannya lain. Ini lebih dari sekedar ketemu, tetapi harus melakukan ikatan janji dan siap-siap “digojlog” oleh orang-orang yang datang. I must ready for it.

Ini benar-benar beda. Bukannya saya tidak berpengalaman melihat ijab untuk prosesi pernikahan teman-teman saya tetapi waktu itu bukan saya yang berada di posisi mereka. Saya cumin ha..ha..hi..hi… sambil sesekali menggoda teman yag kebetulan akan dinikahkan. But everything change now, I’m on his position. Dan harus siap dengan semua konsekuensinya. Mungkin benar apa yang diceritakan teman-teman itu. This is about taking the new life and responsibility. So, I must ready for it. Dan tetep harus siap dengan konsekuensi yang ada.

Tidak ada komentar: