Sabtu, Juli 31, 2010

Resolusi Bulan ini

Setelah membaca di salah satu majalah terbitan ibukota, saya merasa tersentil. Harusnya memang itu menjadi satu resolusi buat saya untuk bulan ini, to have better quality time with my family. Boleh dibilang ketika saya berada dirumah atau libur memang saya selalu menghabiskan waktu dengan keluarga saya. Tetapi kalau dipikir-pikir masih saja terasa kurang, sepertinya saya menghabiskan waktu lebih banyak di tempat kerja jika dibandingkan dengan keluarga. Meski ini merupakan konsekuensi untuk bisa memberikan nafkah kepada keluarga.

Ketika teman saya bertanya mana yang lebih penting waktu dengan keluarga atau mencari nafkah untuk keluarga dengan terpisah jarak yang jauh. Kalau saya boleh memilih, saya akan memilih menari nafkah yang dekat dengan keluarga jadi waktu bersama keluarga dapat kebutuhan akan materi juga bisa didapat. Bisa dibilang sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Tetapi hal tersebut ternyata tidaklah mudah untuk didapatkan. Atau mungkin saya kurang bekerja keras untuk mendapatkan hal itu. Makanya sekarang saya akan mengerahkan tenaga saya untuk bisa mendapatkan materi dan juga waktu bersama keluarga secara maksimal. Saya yakin dengan kerja keras hal tersebut bisa diraih. Dan harus terus berdoa pastinya agar jalan ini lebih dimudahkan. Amin


Kamis, Juli 29, 2010

Bikin mood gak enak

Nggak tahu kenapa, perasaan saya berubah drastis sejak sore tadi. Begitulah saya kalau bertemu dengan orang yang "seenaknya sendiri". Saya paling tidak respect dengan orang-orang seperti itu. Mungkin benar kata orang kalau saya ini orangnya "kaku". Setiap orang punya hak diperlakukan dengan sopan, siapapun itu. Jangan mentang-mentang udah berumur memperlakukan orang yang muda dengan seenaknya sendiri. Harusnya menjadi contoh yang baik untuk orang yang lebih muda, ini malah bersikap sebaliknya. Annoying banget... Saya selalu berusaha menghormati orang lain siapapun mereka, tetapi kalau sudah "kebangetan" ya mohon maaf kalau anda tidak akan pernah mendapatkan respect dari saya.

Other part of Indonesia





Hampir tiap hari turun hujan disini, pantas aja kalau berita semalam mengabarkan salah satu daerah di Sulawesi Selatan tergenang banjir dan belum surut. Sepertinya jatah sinar matahari hanya diberikan sesaat saja sebelum hujan deras yang tak kunjung henti menyiram Pasangkayu. Pasangkayu merupakan Kabupaten baru dari hasil pemekaran propinsi Sulawesi Selatan dan sekarang menjadi Sulawesi Barat. Meskipun dulu merupakan bagian dari Sulawesi Selatan tetapi kota terdekat adalah Palu yang berada di Sulawesi Tengah. Balik legi ke masalah hujan yang membuat saya tidak bisa ke pantai lagi untuk sekedar mengikuti kegiatan field officer untuk melakukan kegiatannya. Paling seneng ketika mengikuti kegiatan untuk memberikan pembelajaran pada anak-anak usia sekolah dasar disini. Sepertinya senang terus, itulah ekspresi yang saya tangkap dari tingkah polah anak-anak disini. Meskipun jauh dari hingar bingar kota tetapi mereka tetap kreatif dalam menciptakan segala macam permainan. Memang bermain bukan hanya dominasi orang-orang kota saja dengan segala macam fasilitas yang tersedia. Tetapi untuk anak-anak di daerah juga memiliki hak yang sama, meskipun mereka dituntut untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan barang-barang disekitar sebagai wahana bermain mereka.

Tak perlulah pergi ke mall untuk mencari alat permainan. Maaf, disini mall belum ada (namanya juga Kabupaten yang baru terbentuk) hanya beberapa swalayan dengan lantai dua dengan bangunan yang kinyis-kinyis (baca masih baru dibangun). Bahkan beberapa instansi pemerintah masih dalam taraf pembangunan. Salah satu aktivitas yang sering dilakukan anak-anak disini adalah mandi di pantai. Pantai yang dangkal dan (nyaris) tidak berombak merupakan pengganti kolam renang atau water boom yang biasanya ada di kota-kota besar. Kota terdekat untuk bisa mendapatkan fasilitas tersebut adalah kota Palu dengan jarak tempuh perjalanan dengan mobil sekitar 3 jam. Sebenarnya Makassar juga bisa ditempuh dengan perjalanan darat tetapi memakan waktu yang lama, sekitar sehari semalam (biasanya bis berangkat pukul 10 malam dan sampai di Makassar sekitar pukul 6 pagi kesokan harinya. Dengan cacatan jika tidak ada masalah teknis dari bis tersebut). Kadang mereka lebih sering menggunakan pesawat dari Palu yang memang tersedia untuk menuju ke Makassar dengan waktu tempuh yang lumayan singkat (hanya 55 menit, waktu ini sudah termasuk terguncang-guncang diatas awan yang sering melingkupi kota Palu he..he...).

Yang membuat saya terkesan adalah banyaknya produk-produk dari laut yang masih segar dan harganya terjangkau banget. Kebayang fresh nya segala macam ikan, kepiting, cumi, de el el... Yang pasti rasanya bener-bener beda karena memang baru saja turun dari perahu nelayan. Buat para es degan lovers, bakal dimanjakan dengan banyaknya pohon kelapa disini. Kalau pas lagi ke lapangan dan ada penduduk sedang memanjat pohon kelapa kita bisa menikmati kelapa muda dengan GRATIS alias tanpa biaya sepeser pun. Meski kadang kita ganti dengan uang lelah karena nggak tega melihat sang Bapak yang sudah memanjat pohon yang tidak bisa dibilang pendek tersebut. Karena saya sendiri belum tentu bisa memanjat pohon yang menjulang tinggi tersebut.
Selain pohon kelapa disini terkenal sebagai penghasil kakao. Perjalanan dari Palu ke Pasangkayu dihiasi banyaknya pohon kakao di kanan kiri jalan. Bener-bener daerah yang kaya. Satu hal lagi, sarana jalan disini bener-bener mulus. Jadi kalau menempuh jalan darat jangan khawatir bakal terganggu oleh jalan yang rusak, memang sih dibeberapa titik masih dalam taraf perbaikan. Overall, asyik kok menggunakan jalan darat untuk mengeksplorasi daerah ini.

Rabu, Juli 28, 2010

Angel In Disguise by Corinne May

I woke up this morning feeling kind of blue
and I stumbled out of bed and
dragged my feet across the room
Right outside my front door was a rose
and a note that said 'Somebody Loves You'

Oh~ But out on the street it starts to pour
and before I get soaking wet,
A total stranger runs to give me
the jacket off his back
I turn around to thank him
But he waves me with a smile
And I can hardly believe my eyes
He puts on a halo and starts to fly

Take a look at the ordinary
Don't need to look for Paradise
You could be next to
an angel in disguise

I met a good friend for lunch
and we had a delicious meal
But I forgot to bring my wallet
I felt like an imbecile
But she was sweet, she gave me a treat and
Bought me a chicken sandwich
To take home for tea

Oh~ But out on the street with nothing to eat
A man and his shopping cart go
Travelling to places
Collecting social graces
I give him my sandwich
and we chatter for a while
I see a rainbow wash over his eyes
He gives me his halo and
I start to fly

Take a look at the ordinary
Don't need to look for Paradise
You could be next to
an angel in disguise

Don't try to hide away from me
I know you're by my side

Oooh~~

Take a look at the ordinary
Don't need to look at Paradise
You could be next to
an angel in disguise
Everyday can be legendary
Every minute, an endless surprise
You could be the next angel in disguise

I woke up this morning
Feeling kind of new

Note :
Love this song so much and I'd like to dedicate this song to all of people who helped in my life

Riwueh

Kondisi di tempat kerja sering kali menimbulkan suatu "crash" antara pekerja yang satu dengan yang lainnya. Apalagi kalau melihat rekan kerja yang load kerjanya tidak banyak. Timbullah perasaan iri dan dengki yang ujung-ujungnya malah membuat suasana kerja tidak nyaman. Saya sendiri sekarang berada dalam situasi tersebut. Karena memang disini load kerja saya yang paling ringan. Dan dijadikanlah saya bulan-bulanan untuk mengerjakan sesuatu yang bukan wewenang saya. I'm sorry I'm not stupid guy. Saya tahu mana yang menjadi porsi kerja saya. Kalaupun ada pekerjaan tambahan , maaf saya harus konsultasi ke kantor saya. Bukannya saya tidak mau kooperatif tetapi adakalanya saya harus tegas menolak apa yang memang bukan wewenang saya. Apalagi kalau memintanya dengan cara yang "sepatutnya".

Semua orang punya porsi kerja masing-masing, jadi tidak perlulah untuk saling iri dengan rekan kerja yanng lain. Toh, itu memang menjadi tanggung jawab sebagai konsekuensi ketika menerima pekerjaan tersebut. Dan pastinya sesuai juga dengan reward yang diterima. Kalaupun berdalih bahwa anda sibuk atau banyak yang harus dikerjakan, nah itu kan soal manajemen waktu dalam mengatur semua load kerja yang ada. Saya tidak bermaksud menggurui cuman setiap orang harus memahami batasan masing-masing agar tidak terjadi tumpang tindih tanggungjawab.

Fatherhood


Beberapa hari ini sempat nggak fokus kerja, karena laporan dari rumah Hafidz rewel hampir tiap malam. Ketika disusui juga masih berontak, sepertinya ada yang membuat dia tidak nyaman. Tapi karena susah mengerti bahasa bayi jadilah orang-orang dirumah (minus saya tentunya yang sedang jauh di sebrang) dibuat kalang kabut. Saya yang sedang disebrang juga ikut kalang kabut untuk mencari informasi dari teman-teman yang sudah berpengalaman dalam menangani anak mereka. Jadilah saya merepotkan Dede (teman terbaik saya) yang dengan ikhlas memberikan segala kemungkinan yang terjadi seperti yang dialami anak pertamanya. Thank you so much Buddy... You're the best deh pokoknya.. Salam buat semua keluarga di Jakarta Timur...

Yang namanya telpon dan sms selalu saya kirim ke istri di rumah untuk mendapatkan up date informasi tentang keadaaan bayi kami. Bisa dipastikan anggaran untuk komunikasi jadi membengkak drastis. Ya memang ketika kita jauh dari orang-orang tercinta kita harus rela untuk merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa mendekatkan jarak yang ada. Tak pernah lepas doa terus saya panjatkan agar Hafidz tetap sehat disana dan tidak merepotkan orang-orang dirumah. Begini ya rasanya kalau sudah jadi ayah, semuanya fokus pada anak tercinta. Pantas, ketika teman seperjuangan saya meminta saya berangkat ke negeri entah berantah di kala saya masih enak-enak libur karena anaknya sakit. Dan dia harus segera pulang ke rumah mendampingi sang buah hati. Sekarang saya baru merasa bahwa pikiran kita (sebagai ayah) susah untuk terbagi antara memikirkan kondisi anak dirumah dan segala macam beban kerja yang ada di tempat kerja. Ujung-ujungnya jadi tidak bisa bekerja secara maksimal.

Mungkin kalau tempat kerjanya dekat, masih bisa diakomodir dengan ijin dari sang boss untuk pulang ke rumah barang sebentar. Tetapi ketika transportasi menjadi kendala buat orang-orang seperti saya, yang tidak bisa langsung pulang dikarenakan kompleksnya masalah transportasi menjadi satu masalah tersendiri. Harus naik helikopter (yang sangat terbatas tempat duduknya), booking tiket pesawat (yang sering kali penuh dan tidak ada tempat duduk tersedia) dan belum lagi memikirkan pengganti agar tetap ada medic yang stand by di lokasi. Padahal pikirin udah suntuk memikirkan buah hati ditambah lagi dengan segala bentuk load kerja yang ada. Bawaannya malah tambah bete, kalau udah ada yang macam-macam udah pengen nonjok aja. Bener-bener it's complicated deh (meminjam istilah status dalam situs jejarng sosial).

Setiap meninggalkan keluarga doa saya adalah semoga semuanya diberi kesehatan dan keselamatan oleh Nya. Sehingga saya lebih tenang dalam bekerja. Kadang suara dari buah hati bisa membuat saya sedikit terhibur, walaupun seringnya malah pengen cepat pulang aja bawaannya.

Alhamdulillah, kabar dari rumah mengatakan kalau Hafidz sudah lebih tenang. Setidaknya kabar ini juga membuat saya bisa lebih fokus dalam bekerja. Seandainya saya tidak perlu meninggalkan keluarga terlalu jauh untuk bisa mendapatkan sesuap nasi sebagai bentuk pertanggungjawaban saya sebagai kepala keluarga (pertanyaan yang selalu ada di benak saya ketika harus jauh dari orang-orang yang saya cintai). Buat saya harapan untuk bisa dekat dengan keluarga masih terus menyala (dan saya tidak akan pernah membiarkannya padam). saya yakin ini hanya soal waktu dan saya (juga) tidak pernah berhenti untuk bisa meraihnya. Semoga saja saya bisa mendapatkannya dalam waktu dekat ini. Amin.....

Sabtu, Juli 24, 2010

Hobi Baru

Kesibukan saya sekarang ditempat saya bekerja bertambah. Bukan bertambah dalam hal sesuatu yang harus dikerjakan sih, cuman saya punya aktivitas baru mencari segala informasi tentang perkembangan anak dan segala macam informasi tentang bagaimana merawat sang buah hati. Dulu saya paling sering dalam mencari informasi tentang trend gaya hidup tetapi kebiasaan tersebut tidak lagi memberikan suatu kesenangan lagi buat saya. Memang benar kata orang ketika kita sudah memiliki buah hati kita cenderung rela untuk melakukan sesuatu untuk buah hati tercinta kita.

Sampai-sampai keinginan untuk ganti hape yang lebih manusiawi harus saya tanggalkan karena saya lebih memilih memenuhi kebutuhan Hafidz dari pada kebutuhan saya sendiri. Bener-bener perubahan yang drastis buat saya. Dan saya sangat menikmati hal ini.

Anugrah Terindah

Saat-saat paling mendebarkan adalah ketika menunggui istri melahirkan. Walaupun saya tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruang persalinan. Tetapi perasaan campur aduk terus berkecamuk dalam pikiran saya. Senang karena mendapatkan sang buah hati, was-was juga karena takut terjadi apa-apa dengan proses persalinan. Saya hanya bisa pasrah dan terus berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kelancaran dalam proses persalinan serta ibu dan bayinya dalam kondisi sehat.

Setelah lebih kurang dua jam menunggu diluar, terdengarlah suara tangisan bayi dari dalam ruang bersalin. Karena memang yang sedang bersalin hanya istri (tanpa ada pasien lain) bisa dipastikan itu tangisan bayi kami. Alhamdulillah, puji syukur tak pernah lepas saya ucapkan kepada Allah SWT atas anugerah ini. Walaupun masih timbul pertanyaan bagaimana kondisi bayi dan ibunya. Selang waktu dua jam kami (saya, Ibu dan Ibu mertua) diijinkan untuk melihat bayi kami yang berjenis kelamin laki-laki, dengan berat badan 3700 gram dan panjang badan 50 cm. Kami beri nama anugerah terindah dari Allah SWT, Hafidz Nafsa Sujudi. Yang artinya yang memelihara nafas sujud saya. Hafidz akan terus mengingatkan kami berdua agar selalu bersyukur atas karunia yang ada. Beberapa saat setelah lahir Hafidz bukan anak yang rewel, dia tampak bingung dengan kondisi yang berbeda jika dibanding di dalam rahim ibunya.

Setelah itu saya mengumandangkan adzan di telinga kanan Hafidz dan iqomah ditelinga kirinya. Rasanya bangga, senang dan tidak percaya melihat bayi mungil di hadapan saya.

Besok paginya kami sudah diperbolehkan untuk membawa Hafidz pulang ke rumah. Saya adalah orang paling semangat dan paling protektif. Padahal terlalu protektif juga tidak baik terhadap tumbang anak. Entah kenapa sepertinya perasaan itu begitu saja tercetus. Mungkin karena ada ikatan darah membuat perasaan ingin melindungi (yang berlebihan) itu muncul.

Hari-hari berikutnya muncul sebagai hari- hari sibuk karena masih beradaptasi dengan semua keriwehan yang muncul. Mulai membiasakan dengan adanya tangis bayi dan segala macam kebutuhan bayi (misalnya nyuci popok yang sudah menjadi hobi saya kalau dirumah, memandikan bayi, merawat tali pusat bayi, de el el). Saya sangat menikmatinya walaupun jatah tidur saya banyak berkurang dan jadi amburadul. Dan yang paling terasa berat badan saya turun dua kilogram he..he...

Pada usia sepuluh hari, saya terpaksa harus meninggalkan my little angel karena memang sudah waktunya untuk mencari nafkah. Saya harus berpisah dengan jarak yang jauh diseberang pulau. Walaupun komunkasi masih bisa dilakukan dengan handphone tetapi banyak momen yang sudah saya lewatkan. Saya kangen ketika melihat wajahnya yang innocence ketika dia tertidur, mencuci popok, belanja peralatan bayi, terbangun tengah malam oleh tangisannya (sekarang digantikan oleh ketokan pintu pasien yang berobat) dan semua kegiatan mengasuh bayi.

Dana buat pulsa juga membengkak karena saya bisa telpon dua tiga kali hampir tiap hari untuk mengetahui perkembangan Hafidz. Ditambah lagi dengan anehnya jaringan disini, yang kadang meski telpon sudah tersambung tetapi tidak bisa mendengar suara dari lawan bicara. Sinyal yang tidak stabil juga menjadi tantangan tersendiri. Foto-foto di kamera menjadi obat penawar rindu dan malah membuat saya jadi pengen cepat pulang. Sabar ya nak, ayah sedang merenda masa depan buat kita semua. Semoga jalan ini dimudahkan oleh Nya. Amin.....

Selasa, Juli 06, 2010

My Daily Life

Kalau ditanya tentang kesibukan saya sehari-hari, maka jawaban saya adalah seputar makan dan tidur. Yang pasti tugas nganterin istri dan jemput istri pulang kerja sudah on the list meskipun tidak dituliskan. It's a must thing to do.... Diwaktu luang ya balik lagi untuk makan ama tidur. Ya kalau pas lagi banyak inspirasi nongkrong di depan komputer untuk sekedar mencurahkan ide yang sudah terlanjur ada di dalam pikiran. Sayang banget kalau disia-siakan, enatr malah mubazir. Lagian bisa sedikit meringankan beban pikiran saya dan memberikan kesempatan untuk ide-ide yang lain bisa mampir ke dalam pikiran saya. Biasanya sih abis makan siang bakal langsung ke peraduan. Tetapi karena jatah tidur siang sudah diambil, nah sekarang saatnya menyibukkan jari-jari diatas keyboard. Sambil ditemani oleh semilir angin disamping rumah dan suara dari streaming radio membuat ide itu muncul terus dan terus.

Sepertinya, target saya untuk meningkatkan berat badan sudah tercapai. Sekarang saatnya untuk pembentukan tubuh. Padahal jujur banget saya itu paling malas untuk melakukan latihan apalagi kalau harus ke gym. By the way, emang ada gym ya didekat rumah saya??? Seingat saya sih cuman ada satu itupun dekat dengan radio station tempat saya kerja dulu. Kadang yang bikin malas adalah banyaknya orang yang sudah "terbentuk" tubuhnya yang kadang suka secara tidak langsung mengintimidasi para pengunjung gym yang lain. Atau ini hanya perasaan jealous saya aja kali ya??? Padahal saya sudah sejak lama melahap segala bacaan tentang gaya hidup pria sehat terbitan ibukota. Tetapi belum ada motivasi yang besar untuk membuat saya melakukan latihan-latihan yang ada dalam majalah tersebut. Memang pada dasarnya kurang motivasi he..he... No need to blaming any one.

Bersabar

Kunci yang memang harus dipegang adalah sabar. Sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi dalam faktanya susah untuk dilaksanakan. Bukannya memang semua yang baik (agak) susah untuk dilakukan tetapi endingnya layak banget. Ya bisa dibilang sebagai reward atas jerih payah yang telah kita lakukan. Segala upaya telah dilakukan dan kini saatnya untuk bersabar dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Nya. Karena hanya Dia lah yang berwenang untuk memutuskan segala yang ada di bumi ini. Dengan bersabar terus terang saya merasa lebih tenang dalam menjalani hari-hari dalam penantian. Karena godaan yang (paling) berat adalah emosi, ketika kita dalam proses penantian biasanya emosi mudah tersulut bahkan oleh tindakan yang biasa-biasa saja.

Selain lebih mendekatkan diri kepada Nya, yang juga sangat membantu adalah support dari orang-orang terdekat yang tidak pernah berhenti memberikan doanya. Nah, baru ngerasa kan?? Kalau kita masih memerlukan orang lain dalam setiap proses kehidupan kita.



Menunggu memang bukan hal yang menyenangkan karena menjanjikan ketidakpastian akan ending yang kita dapatkan. Semuanya serba blurred. Hal ini yang membuat kita merasa tidak nyaman dengan menunggu. Apalagi kalau kita tidak mengerjakan sesuatu pada saat menjalani proses menunggu tersebut, wuihh merupakan stressor tersendiri buat kita (terutama saya). Kadang meskipun kita mengerjakan sesuatu (seringnya) membuat kita tidak fokus dengan apa yang kita kerjakan. Karena pikiran kita pasti berada dalam proses menebak kira-kira endingnya seperti apa??? Jujur saja saya bukan merupakan tipe orang yang mahir dalam mengerjakan beberapa hal dalam waktu yang bersamaan. Bersyukurlah buat para wanita yang (katanya) lebih mahir dalam mengerjakan multitasking job.

Mungkin hal itulah yang membuat istri saya memilih untuk tetap bekerja meskipun dekat dengan waktu melahirkan. Karena ketika kita sudah terbiasa dengan bekerja dan tiba-tiba saja kita tidak bekerja ini juga merupakan stressor. Menunggu dan tidak mengerjakan sesuatu merupakan suatu "siksaan" tersendiri untuk seseorang yang terbiasa dalam kesibukan. Kesibukan memang membuat waktu terasa lebih cepet berputar dan kita tiba-tiba terperanjat akan berubahnya waktu dengan cepat. Semua bahan bacaan sudah saya lahap habis dan sekarang saya nggak tahu lagi harus melakukan apa dalam mengisi proses menunggu ini.

Menunggu

Menunggu kelahiran sang buah hati memberikan perasaan stress tersendiri. Bukan hanya untuk calon Ibu tetapi juga untuk calon Ayah. Apalagi jika usia kehamilan melebihi dari perkiraan Dokter (meskipun Bidan mengatakan hal tersebut biasanya tidak akurat 100 persen). Tetapi perasaan tidak menentu tetap saja menghantui saya dan istri. Sekarang saya dan istri mencoba untuk terus berdoa dan tetap berpikiran positif. Berharap agar baby dan ibunya bisa sehat saat melahirkan nanti.

Satu hal lagi yang bikin saya stress adalah cuti saya yang terlalu dini sehingga sampai saat ini belum ada tanda-tanda dari istri untuk melahirkan. Sedangkan jatah cuti saya sudah menipis he..he.... Setiap malam saya mencoba untuk berkomunikasi dengan baby karena menurut salah satu media cetak hal ini sangat berguna untuk menjalin bonding antara orang tua dengan sang baby. Dan tidak lupa berkomunikasi dengan sang Khalik untuk terus minta pertolongan kepada Nya. Agar semuanya diberi kelancaran. Amin....