Jumat, Maret 06, 2015

Stuck

Sudah lama banget ngga update blog, banyak banget kejadian yang harusnya bisa terdokumentasi didalam blog ini. Dan baru sekarang punya waktu (atau memang baru punya kemauan untuk menulis lagi). 

Oh iya, pernah ngga sih ngerasa bahwa you do something the same over and over again. Dan ngerasa sudah berada dititik jenuh dalam pekerjaan dan akhirnya berimbas dengan kualitas kerja yang kurang maksimal. And I feel on that situation now. Hasil kerja tidak maksimal. Dilain pihak saya juga ngerasa over load dengan semua pekerjaan yang dibebankan.

Dan saya masih belum tahu bagaimana jalan keluar dari masalah ini. Padahal sudah browsing dan baca semua artikel tentang pekerjaan tapi masih belum ada yang merasa pas gitu dengan yang harus saya lakukan. Banyak sih yang bisa dilakukan dari berbagai saran tersebut. Misalnya harus bersyukur karena diluar sana yang masih banyak belum dapat pekerjaan jadi harus banyak bersyukur dengan kondisi yang ada. Meski dengan kondisi seberat apapun tetap harus bersyukur.

Any idea???

Jumat, Mei 10, 2013

Boring Attack

Ada kalanya saya (dan mungkin pekerja-pekerja yang lain) merasa ada diposisi dimana kejenuhan melanda dalam bekerja. Mungkin karena tidak ada tantangan jadi merasa bekerja layaknya hanya sebuah "keharusan" karena sebuah tanggung jawab terhadap keluarga. Kadang saya berpikir ketika "passion" sudah menjadi sebuah pekerjaan dan yang pasti bisa "menghasilkan" rasanya (mungkin) wah banget ya... Jadi bekerja bukan merasa jadi beban karena memang kita enjoy banget dalam menjalaninya. I've been on that situation before, ketika saya bekerja di dunia broadcasting (announcer tepatnya). But, sayang banget kalau dari segi finansial tidak bisa mencukupi untuk kebutuhan saya dan keluarga :) 

Jadilah saya "banting setir" kembali ke dunia yang saya tekuni semenjak saya sekolah sampai kuliah. Dan, jujur sih sampai saat ini pun saya merasa "passion" saya bukan disini. Saya melakukan ini sebagai bentuk pertanggungan jawab sebagai kepala keluarga. 

Kalau melihat diluar sana, banyak yang "kesusahan" mencari kerja. Harusnya dan sepatutnya lah saya banyak-banyak bersyukur serta memanfaatkan dengan baik kesempatan ini. Setidaknya tidak mengecewakan orang-orang yang meng-hire saya. Terus meningkatkan kemampuan dan berinovasi serta meningkatkan networking untuk pencapaian karir dimasa depan. Mengingat pekerjaan project terkendala dengan batasan waktu, disinilah tantangan untuk terus bisa survive dan mendapatkan continuity pekerjaan disaat project habis.

Sepertinya saya perlu sebuah tantangan untuk terus mengasah kemampuan saya dan merangsang perasaan excited agar terpacu untuk terus belajar. Sudah lama jiwa kompetisi saya tidak terasah dengan baik. Beda sekali ketika saya berada di perusahaan sebelumnya. Banyak sekali upgrade training yang harus dijalani sehingga semangat kompetisi terus terpelihara. Kalau sudah seperti ini akan timbul perasaan excited dan suntikan semangat untuk menjalani hari-hari kerja. Bukan hanya sekedar menjalani hari yang sama dan tanpa target apapun.

Semoga saja, tantangan baru ini bisa memulihkan jiwa kompetisi saya. Dan timbullah perasaan excited untuk terus memberikan yang terbaik. Amin... Bismillah...

Minggu, April 21, 2013

First Day

Sepertinya yang namanya "first day" tidak selalu mudah untuk dijalani. Setelah sepuluh hari libur dan hawa-hawa liburnya masih terasa sedangkan sudah harus "tuning" dalam suasana kerja yang lumayan "hectic". Alhamdulillah, saya masuk kerja pertama kali  untuk roster ini pas hari Minggu jadi agak lengang dan pastinya ngga seribet kalau pas masuk dihari kerja biasa. Still missing the moment with my wife and my little warrior Hafidz. Saat-saat dimana saya bercengkeramah dengan keluarga masih saja terbayang. Pengennya memajang sesuatu di kantor tapi karena kantornya sharing jadi ngga bisa seenak hati untuk menaruh benda-benda kenangan dimeja kerja he..he... Ya cukuplah dijadikan screensaver di Blackberry dan juga posting di twitter (oh iya saya juga punya akun twitter di @faridbudianto ini modus biar banyak follower ha..ha..) 

Beruntunglah, buat orang-orang yang bisa berangkat kerja dan pulang kerja kembali ke rumah dan bertemu dengan keluarga.  Sedangkan saya harus berjauhan dan pulang ke rumah setelah dua puluh hari kerja. Ya itulah hidup, dan saya rasakan itu menjadi seninya hidup buat saya dan keluarga.

Magazine Addict


Entah kenapa suka banget yang namanya majalah. I've spend my money to buy this thing called Magazine. Semua jenis majalah ada dalam koleksi saya. Untunglah, istri saya nggak pernah komplain dengan kebiasaan saya ini. Dari mulai majalah tentang pengasuhan anak, majalah kesehatan, majalah wanita (he..he..he..), majalah tentang gadget, majalah tentang rumah dan majalah pria. Semuanya ada dalam koleksi majalah saya. Sebetulnya, sejak SMP saya suka banget dipinjamin majalah remaja yang saat itu yang lagi ngehits adalah majalah ANEKA Yess, Gadis, HAI dan majalah MODE (so you can guess how old I am?? he..he...) 


Sampai saat ini kerja juga masih saja suka banget beli yang namanya majalah. Dulu pada saat masih harus bertugas di "remote area" saya sering banget beli majalah beberapa eksemplar untuk jaga-jaga sebagai "penghibur" waktu dilokasi yang memang terisolir sekali. Buat saya sendiri, "me time" yang paling tepat adalah saat berkumpul dengan keluarga. Tetapi ketika keluarga jauh, nah kebiasaan ini berubah menjadi "stay on bed with magazine on my hand".  Dulu juga seneng banget dengan yang namanya belanja buku, tetapi sayang saat-saat sekarang ini saya sudah jarang banget membeli buku :( Dengan alasan harganya lebih mahal dan tidak ada gambarnya, so stupid reason isn't it??? Buat saya gambar di majalah adalah sebuah "oase" yang bisa membuat acara membaca jadi lebih asyik. 

Sampai saat ini, sudah beberapa kardus yang sudah terisi dengan koleksi majalah saya. Sempat berpikir juga untuk bisa membeli "Tab" agar bisa beli majalah secara digital saja (tapi duitnya belum cukup ha..ha..). Dan pastinya harganya lebih murah dan pastinya saya juga ngga perlu menambah space penyimpanan di ruang baca saya. Sebenarnya kepikiran juga untuk menjual majalah-majalah bekas yang memang sudah memenuhi ruang penyimpanan dirumah. Tapi ada perasaan sayang untuk "memindahkan" nya.....

Dulu, pas masih siaran di radio hal ini sangat membantu untuk membuat skrup siaran ataupun topik yang bisa saya obrolin diradio. Padahal gaji diradio nggak bisa menutupi kebiasaan saya tersebut. Akhirnya saya memilih untuk kerja ditempat lain, tetapi masih ngisi acara di radio juga untuk "side job". Bahkan sekarang pun, saya masih suka belanja majalah. Tetapi saat ini lebih fokus ke majalah tentang parenting. Oh iya, istri saya juga sering diuntungkan karena sering kali majalah wanita yang saya beli juga berhadiah tas... Mungkin seringnya dapat hadiah-hadiah tersebut jadi dia udah nggak pernah komplain. Oh iya, di majalah saya juga sering banget dapat undian. Hadiahnya macam-macam ada paket CD musik, celana panjang dan bahkan yang terakhir saya dapat hadiah kamera digital dari salah satu majalah pria :).. Dan yang jelas saya jadi lebih terbuka dengan informasi yang ada. Setidaknya itu salah satu "escape" ketika saya bosan dengan segala macam ilmu pasti dan harus dihafal karena berkaitan dengan "how to save other's people life"

Senin, Juli 30, 2012

Ramadhan

Alhamdulillah, sudah 10 hari menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan tahun ini. Bisa dibilang ini adalah Ramadhan ke dua saya selama bekerja di perusahaan yang sekarang. Untuk saya yang terbiasa bekerja jauh alias di remote site menjalankan shaum jauh dari keluarga adalah hal yang biasa. Tetapi pada saat itu saya berada di camp atau lebih tepatnya berada ditempat yang semuanya terjamin. Bingung? Begini maksud saya untuk masalah makanan ada yang masakin kita tinggal makan saja. Bebebah kamar dan mencuci baju juga ada personil khususnya.

Nah trus bedanya apa dong dengan yang sekarang? Beda banget. Mengingat tempat kerja saya berada ditengah kota. Dan saya berada diperumahan (yang sengaja disewa oleh perusahaan) untuk akomodasi saya dan teman-teman selama bekerja. Pembantu rumah ada alias disediakan. Hanya saja si emak (inilah sebutan kami) ini hanya bebenah ruman, mencuci dan setrika. Untuk urusan masak saya dan teman-teman harus berusaha sendiri untuk mendapatkannya. Entah itu masak (buat yang jago masak) atau beli (nah ini opsi yang tepat buat saya). Tahu sendiri kan ribetnya mencari menu makan pada saat sahur? Sedangkan kalau dipikir saja pada saat ngga di bulan Ramadhan aja udah ribet (atau lebih tepatnya MALAS he..he...). Rasanya harus keluar pada saat jam 3 dini hari itu bukan satu hal yang "nyaman" untuk dilakukan. 

Walhasil, saya lebih sering makan sahur seadanya. Entah itu roti, telur atau malah mie instant langsung aja dilahap. Hal ini berbeda banget dengan ketika saya berada dirumah. Sahur biasanya bangunin istri buat masak. Jadi semuanya bisa dibilang lebij well organize. Berbuka pun bisa lebih nyaman ketika berada dirumah. Saya bisa request takjil kesukaan saya pada saat berbuka. Ini merupakan kenikmatan tersendiri buat saya yang terbiasa bekerja jauh dari keluarga. Syukurlah, selama bulan Ramadhan ini istri bisa pulang jam 12 siang. Jadi masih ada waktu untuk mempersiapkan hidangan buka puasa. Sedangkan tugas saya adalah mengajak bermain si kecil agar tidak mengganggu kesibukan istri dalam memasak. Bisa dibilang ngabuburit saya adalah mengajak main Hafidz anak semata wayang kami. Ketika mendekati waktu berbuka, saya dan si kecil pulang untuk menikmati makan bersama.

Kalau sudah ngomongin yang seperti ini saya jadi pengen cepat pulang euyyy.... 

Sabtu, Juli 28, 2012

Tetap Semangat Anakku

Semalam sempat pulang ke rumah karena ada hal penting yang harus dilakukan. Walhasil, saya harus berangkat sore dari sini. Thank banget buat partner yang mau menggantikan shift lebih awal. Dengan berbagai macam seni perjalanan, mulai dari menunggu bis yang gak berangkat-berangkat sampai salah naik bis. Dan alhamdulillah nyampe rumah jam sembilan malam. Jagoan saya sudah tertidur dengan pulas. Saya hanya bisa membelai dan membisikkan doa agar dia selalu sehat serta menjadi anak yang cerdas. Amin amin ya robbal alamin. 


Alhamdulillah (lagi) semua urusan dirumah akhirnya bisa terselesaikan dengan lancar. Meski badan capek semua bisa bertemu anak dan istri memiliki kepuasan tersendiri. Melihat si kecil tersenyum dalam tidurnya memberikan ketenangan buat sang Ayah yang memang tidak bisa sewaktu-waktu berinteraksi dengannya. Karena memang belum saatnya off day maka saya pun harus kembali ke tempat kerja secepatnya. Dan setelah sahur, tepatnya jam tiga dini hari saya pun diantar adik ke terminal bis untuk segera memulai perjalanan kembali ke tempat kerja. Jujur, pagi itu udara di Lumajang dingin sekali. Bahkan, jaket tebal saya masih tertembus udara dingin tersebut.


Sebelum berangkat Hafidz sempat bangun, jadilah saya berkesempatan mendengarkan sedikit cerita darinya serta berpamitan untuk kembali bekerja. Dia tidak menangis, hanya memandang Bapaknya pergi sambil memeluk kaki Ibunya. Sebenarnya saya tidak tega untuk meninggalkanmu nak. Tetapi demi masa depan kita semua, Ayah tetap harus berangkat. Bundanya sempat mengabarkan via telepon bahwa si kecil memang tidak menangis ketika melepas Ayahnya pergi bekerja. Tetapi sang Bunda menangkap ada bulir air mata mengalir dari kedua matanya yang bening. Jleb! Serasa ada sesuatu yang menembus hati saya mendengar cerita sang Bunda. 


Sekarang Hafidz dalam kondisi kurang sehat, sedari pagi belum mau makan. Bahkan untuk minum susu dia juga kjurang bernafsu. Ayah kirim doa buat mu nak agar tetap pulih dan tetap tegar untu menjalani proses yang (mungkin) kurang menyenangkan ini. Cepat sembuh Nak... Cium buat mu dari jauh.....

Senin, Juli 09, 2012

Puzzle

Dalam dunia kerja tantangan terbesar buat saya adalah ketika kehadiran kita tidak dianggap oleh orang lain. Dan berpikir bahwa peran saya tidak sangat berarti dalam sebuah proses untuk pencapaian sesuatu. Meski saya berpikir bahwa niat saya memang untuk bekerja, mengamalkan ilmu yang saya dapat. Kalaupun ada rewards atau compliment buat saya itulah bonus. Tetapi kadang terpikir juga oleh saya ketika apa yang telah saya kerjakan "tidak memberikan arti" untuk orang yang lain.

Saya mengerti mungkin mereka belum pernah mengalami sesuatu hal yang memerlukan keahlian saya. Disaat hal itu terjadi, mungkin (saya katakan lagi) mungkin mereka berpikir bahwa I am here for a reason. Oke, ibarat puzzle walaupun kita merupakan bagian terkecil dari puzzle tersebut kita juga memberikan kontribusi melengkapi gambar yang terbentuk dalam puzzle tersebut. Dan ketika small piece itu hilang, berarti gambar di puzzle itu tidak dapat terbentuk sempurna. Dan juga tidak indah. 

Ketika posisi seseorang "hanya" menjadi supporting rule, memang sudah menjadi resiko kalau kadang (atau malah sering ya?) keberadaan kita tidak dianggap. Tapi tidak semua orang kok berpikiran seperti itu. Masih banyak orang-orang yang mengerti dan giving their respect kepada saya dan team. Buat saya itu sudah cukup untuk terus berusaha bahwa I am here for reason. Some day, they will understand that I am a part of the team.... Entahlah kapan? Tapi yang jelas saya tidak akan menyerah untuk bisa memberikan yang terbaik yang saya bisa. Bukan untuk mereka tetapi untuk diri saya pribadi.

Sabtu, Juli 07, 2012

Move On

Allah SWT pasti punya jalan buat setiap hamba Nya. Kenapa saya berkata demikian, karena ini juga berkaitan dengan jalan hidup saya. Pada saat saya belajar di sekolah ataupun dikuliahan saya paling ngga suka dengan segala kasus emergency, makanya saya selalu saja stress jika berada atau ditugaskan di ER (Emergency Room). Ketika bekerja di ER harus siap dengan segala "kejutan-kejutan" yang akan disajikannya kepada saya. Jadi kita tidak akan pernah tahu kasus-kasus yang akan kita hadapi. Beda banget ketika kita berada diruangan rawat inap, kasus yang kita hadapi ya bisa kita tebak. Pada saat kita "operan" dinas ya itu yang akan kita hadapi sampai akhir dinas kita selesai. Nah, hal ini sama dengan kehidupan kita.

Siapa yang bisa memprediksi tentang proses kehidupan kita. Semuanya penuh misteri. Nah, kenapa saya bilang Allah SWT sangat baik? Karena Dia tidak membiarkan hamba Nya (baca saya) untuk terkungkung dengan segala ketakutan saya dalam jidup ini, salah satunya ya tentang bertugas di ER itu. Karena saya sekarang ER sudah menjadi spesialis saya dalam berkarir. Salah satu "ketidaknyamanan" saya juga adalah terbang (dalam arti sesungguhnya), entahlah buat saya terbang juga merupakan bentuk dari ketidakpastian. Kenapa? Beda banget kan dengan naik mobil yang bisa kita pastikan menempel pada jalan, begitu juga dengan naik kapal yang selalu diatas air. Nah, kalau kita naik pesawat kita ada di awang-awang dan tidak menempel pada apapun. Sekali lagi Allah SWT menunjukkan kebaikan Nya kepada saya. Hampir enam tahun saya selalu terbang ke tempat penugasan saya. Allah SWT tidak pernah membiarkan hamba Nya berada dalam ketakutan dan memberikan kesempatan buat kita untuk "bersentuhan" dengan ketakutan kita tersebut. Agar kita bisa mencerna dan berpikir bahwa ketakutan itu tidak mengontrol kehidupan kita, sebaliknya kitalah yang harus memberikan kontrol terhadap perasaan takut tersebut. Kebayang kalau Allah SWT tidak memberikan kesempatan untuk saya "bersentuhan" dengan perasaan takut tersebut. Saya tidak akan "move on" dan selalu terkungkung oleh ketakutan tersebut. Ketidakpastian dalam hidup merupakan seni, seni dimana kita bisa memanage kehidupan kita agar nanti bisa bermuara ditempat yang kita inginkan. Jangan takut lagi terhadap ketidakpastian karena ketidakpastian ini membuat kita lebih mawas diri dalam menjalani hidup. Ayo sudah saatnya kita untuk "move on" :)

Minggu, Juni 10, 2012

Setahun sudah....

Ada pepatah yang pernah saya dengar, "dekat bau bangkai, jauh bau Melati". Yang menggambarkan ketika kita dekat seseorang banyak sekali konflik yang harus dihadapi karena memang berinteraksi tiap hari. Sedangkan ketika jauh semuanya terasa baik-baik saja karena kita tidak intensif dalam berinteraksi. Begitu pula ketika saya harus bertugas dengan sahabat saya sendiri, terlalu banyak hal-hal yang sensitif terjadi dan berujung dengan kesalahpahaman. Yang simpel saja ketika semua pekerjaan didelegasikan tetapi nggak semuanya dikerjakan. Dan hal-hal sepele pun bisa menjadi bumerang dalam hubungan pertemanan. Dan menurut pendapat pribadi saya, saya lebih memilih bekerja dengan orang asing yang belum saya kenal sekalipun. Lebih nyaman saja meski saya harus banyak beradaptasi. Ngga perlu diriwehkan dengan segala macam "awkward moment". Ketika apa yang kita minta untuk dikerjakan tetapi tidak dikerjakan kitanya tinggal komplain aja dan ngga perlu merasa tidak enak hati. Dan kadang saya merasa load kerja lebih banyak di saya, karena kalau harus ngarepin ke orang lain sama saja I feel hopeless. Dan nggak setiap hari perasaan saya baik-baik saja. Kadang ketika saya ngerasa "stuck" dan ngarepin rekan kerja saya untuk lebih pro aktif tetapi harapan itu nggak terjadi. Ujung-ujungnya balik ke saya. Kalau sudah begini saya merasa seakan waktu itu luamaaa banget berganti. Sedangkan perasaan "stuck" saya udah diubun-ubun. Kadang saya berusaha untuk menerima keadaan tersebut dan mengimbangi. Tetapi balik lagi nggak setiap hari mood saya dalam keadaan bagus. Kalau sudah begini saya biasanya diam saja dengan segala komentar nyolot yang bikin telinga panas. Jujur, kalau dalam situasi seperti ini saya merindukan ketika saya bekerja sendiri saja dan bertemu dengan sahabat diwaktu senggang saja bukan ditempat kerja seperti ini. Beban kerja jadi berasa lebih berat saja. Bahkan rasanya malas banget ketika harus melangkahkan kaki untuk berangkat kerja. Yang terbayang sudah nggak enaknya aja. Saya masih bertahan setidaknya sampai.... ahh tak tahulah. Saya mencoba yang terbaik dan semampu yang saya bisa saja.....

Senin, Februari 13, 2012

Refleksi

Belakangan hari ini jadi sering banget mengoleksi lagu-lagu jaman baheula dimana saya masih SMP (yups bener banget sangat jadul sekali dan jadi merasa tua aja). Entahlah, banyak kenangan yang tersimpan kala itu, dimana usia sudah menjadi ABG dan pastinya dengan segala cerita suka dan duka yang ada. Makanya dengan lagu-lagu itu saya seperti menapaki "mesin waktu" yang membuat saya seperti menonton bioskop dengan layar lebar (ya iyalah namanya bioskop pasti layarnya lebar) dan setiap peristiwa itu tiba-tiba hadir bergantian dengan diiringi lagu-lagu yang pernah ngehits di waktu itu.

Semua teman yang pernah hadir secara bergantian wajahnya muncul di layar tersebut. Jadi pengen tertawa melihat semua kejadian itu. Tetapi kini semua telah berbeda. Kita sudah hidup dengan kisah kita masing-masing. Entahlah apakah mereka masih mengingat masa-masa jadul tersebut. Atau sudah menenggelamkan diri dengan segala kesibukan yang ada. Buat saya setiap lagu yang pernah ada (baca ngehits) saat itu menjadi suatu pengiring dalam setiap peristiwa yang saya alami. Kadang tertawa atau malah bikin sedih jika lagu tersebut diperdengarkan. Ah.. semuanya sudah berlalu, sudah sembilan tahun yang lalu. Dengan segala keceriaan ala ABG waktu itu dan keterbatasan sarana (jangan bilang ada internet atau stasiun televisi yang beragam seperti sekarang). Bahkan untuk menangkap siaran televisi saat itu harus menggunakan parabola. Sedang saya jangankan parabola, televisi saja masih hitam putih. Dan hanya bisa menangkap siaran TVRI saja. JAdi ngerasa kuper kalau pas di sekolah mereka lagi pada ngomongin sinetron yang lagi booming. Duh, kalau sekarang mah ogah kali saya kalau disuruh menonton sinetron (males banget dengan cerita yang tidak masuk akal dan bertele-tele).

Semakin bertambahnya jaman semakin banyaknya fasilitas atau teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Mungkin nanti ketika jagoan kecil saya sudah besar akan semakin pesat kemajuan tersebut. Dan nggak bisa dibandingkan dengan ketika Bapaknya masih muda dulu. Dan ini berkaitan pula bagaimana kita nanti harus mendidik buah hati kita. Ternyata ilmu untuk mendidik anak juga penting untuk di update. Agar kita bisa lebih memahami sisi psikologis anak. Saya jadi ingat ada seorang publik figur yang setelah menikah (belum) mau punya anak karena dengan alasan menjadi orang tua itu tidak mudah. Memang tidak mudah tetapi bukan berarti kita tidak mau memiliki keturunan kan? Toh banyak sekali sumber yang bisa kita pelajari untuk mendidik buah hati kita. Buat saya sendiri anak sebagai rem, ketika kita (sering) meminta anak untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk maka sangat tidak adil jika kita malah melakukan hal tersebut. Nah, keberadaan anak saya pikir tidak tepat kalau dijadikan beban. Justru kehadiran mereka memberikan "warna" yang lebih ceria dalam kehidupan kita sebagai orang tua. Bisa dibilang ini sebagai proses bagi orang tua untuk "kuliah kerja nyata" dan mengaplikasikan segenap pengetahuan kita. Sukses ya buat orang tua diluar sana dalam mendidik sang buah hati. Because they deserve to get the beetr place to live.....


Gresik, February 13, 2012