Kamis, Februari 19, 2009

Vote for me



Ada fenomena baru menjelang PEMILU 2009, banyak sekali souvenir yang dibagikan (secara gratis pastinya) untuk mendukung salah satu partai atau bahkan calon legislatif di masyarakat. Setiap ada pertemuan atau acara ngumpul-ngumpul masyarakat pasti ada saja yang mengisi sebagai pembicara untuk sekedar memperkenalkan diri atau malah sudah berani memperkenalkan program-programnya. Dan yang paling mengasyikkan setelah acara selesai pasti ada souvenir yang bisa dibawa pulang (jadi kayak menghadiri pesta pernikahan he..he..). Dirumah saja sudah tak terhitung jumlah kalender tahun 2009 yang saya punyai. Menurut saya sih masyarakat diuntungkan dengan memangkas abis dana untuk membeli kalender. Kalau yang lebih kreatif bisa memberikan buku-buku yang berguna seperti buku resep masakan atau buku-buku yang lainnya (yang menurut saya juga berguna, lagian GRATIS pula he..he…)

Saya jadi berpikir kalau dana yang dibutuhkan untuk menjadi caleg tidaklah sedikit, mulai dari pembuatan poster dipinggir jalan, stiker sampai souvenir-souvenir lainnya. Belum lagi dana untuk “membeli” kursi. Wah, kalau saya sih mana tahan untuk bisa menjadi caleg. Sampai sekarang pun saya juga belum tahu berapa sih gaji anggota dewan yang katanya nol nya banyak. Mulai yang muda dan bersemangat sampai warga masyarakat yang sudah senior berlomba-lomba untuk bisa menjadi caleg. Pastinya dengan strategi kampanye masing-masing. Mulai yang super kreatif mulai memasang baliho dengan gambar David Beckham disampaing sang caleg, dengan tulisan yang cukup menggelitik. Ada pula yang menulis silsilah keluarga sang caleg yang mengaku garis keturunan salah satu pahlawan atau osesepuh dari daerah pemilihannya (meski menurut saya cukup bikin pusing yang baca baliho tersebut). Seharusnya unsur simple lebih ditekankan dalam pembuatan poster atau baliho dipinggir jalan. Nggak mungkin para pengguna jalan berhenti dulu dalam membaca poster atau baliho tersebut.

Memang diperlukan proses yang panjang dan melelahkan (bahkan menguras kantong) untuk akhirnya bisa dududk nyaman di kursi panas. Sebagai masyarakat saya cumin berharap para caleg ini tidak lupa dengan segala macam janji manis yang digulirkan pada saat kampanye. Dan yang paling penting tidak terjadi pelanggaran moral yang sudah terjadi seperti kasus-kasus yang sebelumnya mulai dari foto porno dan tingkah laku yang minus pada saat rapat. Ngobrolin tingkah laku pada saat rapat, saya jadi ingat ketika direksi Pertamina yang baru mengadakan rapat dan digencet sana-sini oleh para wakil rakyat yang terhormat. Memang sih kinerja Pertamina sering dipertanyakan mengingat banyak kasus yang membuat BUMN ini menjadi sorotan publik, tetapi sangat disayangkan kalau muncul suatu pernyataan yang membuat kita mengelus dada (seperti menyatakan direksi Pertamina seperti Satpam). Lalu muncul pertanyaan, apakah pantas komentar yang menurut saya kurang sopan itu dikeluarkan oleh orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi? Atau memang latar belakang pendidkan dari para wakil rakyat yang terhormat ini perlu dipertanyakan (tentunya masih ingat kasus perseteruan Marissa Haque dengan Ratu Atut tentang ijasah palsu). Atau mungkin untuk periode selanjutnya diperlukan satu analisa psikologis sebelum diangkat menjadi wakil rakyat. Misalnya dengan tes kepribadian yang bisa melihat kecenderungan seseorang untuk berbuat criminal (korupsi misalnya). Bisa nggak ya??? Sekalian bisa meminimalkan tindakan korupsi dari anggota dewan yang terhormat.

Semoga harapan saya ini tidak terlalu muluk untuk bisa mendapatkan anggota dewan yang notabene adalah wakil rakyat yang bisa mengerti persoalan masyarakat dan mencari solusi terbaik dari permasalahan tersebut. Amin…..

Tidak ada komentar: