Jumat, Februari 13, 2009

Single en Hapy


Sebenarnya saya terinspirasi untuk menulis dari single terbaru Oppie Andaresta yang baru saja dikeluarkan. Lagunya sendiri asyik karena mudah dicerna dengan melody yang easy listening. Dan lagu ini menceritakan tentang seseorang yang single dan belum memiliki pasangan (ya pasti dong, namanya juga single he..he..) sedangkan waktu (yang pasti berkaitan dengan umur) terus bergulir. Walaupun si single ini nyaman dengan statusnya tetapi justru komentar-komentar yang “kurang menyenangkan” hadir dari sekelilingnya. Ya memang sudah resiko kalau hidup bermasyarakat seperti ini. Ada yang bilang kalau wanita lebih sensitive memaknai status lajang diusia yang sudah matang jika dibandingkan dengan pria. Walaupun kalau boleh jujur sebenarnya pria juga merasakan kekhawatiran yang sama, mungkin karena pria lebih bisa menahan gejolak emosi dan lebih bersikap dan tidak ambil pusing dengan statusnya tersebut.

Aku baik-baik saja
Menikmati hidup yang aku yang punya
Hidup ku sangat sempurna
I’m single and very happy


Ketika masih single sebenarnya malah tambah asyik karena kita bisa bebas dan bergaul dengan siapa saja (menambah networking) dan pastinya tidak ambil pusing dengan urusan tetek-bengek berumah tangga. Just feels free to be your self… Tetapi, sayang banget kadang “ketenangan” diri terusik oleh komentar-komentar sekitar yang (sekali lagi) mengusik status kita yang masih lajang. Dengan berbagai alasan atau komentar seperti terlalu pemilih atau terlalu keras dalam berkarier. Ehhmmm… sepertinya benar-benar menggambarkan situsasi riil yang ada di lapangan. Trus, kalau udah begitu apakah kita sebagai lajang akan “kejar setoran” untuk mendapatkan pasangan??? Ada yang bilang, umur sudah boleh mature tetapi soal pasangan jangan sampai salah pilih karena menikah adalah suatu keputusan yang harus diambil dengan pertimbangan yang matang, right?? Walaupun ada juga yang looks so desperate mencari pasangan dengan alasan keluarga mendesak dan takut kelewat mature untuk berumah tangga. Memang sedih semua keputusan ada di tangan kita apakah kita akan berusaha keras untuk mendapatkan pasangan atau tetep enjoy dengan status single.

Mengejar mimpi-mimpi indah
Bebas lakukan yang aku suka
Berteman dengan siapa saja
I’m single and very happy


Beberapa minggu lalu saya sempat membaca tentang fenomena tentang usia 30 an yang masih mencari siapa pasangan hidup. Walaupun seharusnya sudah ditentukan siapa sebenarnya pasangan hidupnya. Kebanyakan dari responden yang (kebanyakan) wanita merasa walaupun usianya sudah lebih dari 30 tahun tetap masih memberikan standar yang tinggi untuk mencari pasangan hidup. Dengan alasan mereka tiak mau main-main dan gambling dalam memutuskan dengan siapa mereka akan menikah. Untuk di wilayah perkotaan memang agak sedikit mudah untuk bisa “mengalihkan” perhatian dari pencarian pasangan hidup, mungkin dengan bekerja keras atau banyak tempat hang out. Tidak demikian dengan yang tinggal ditempat yang “tidak begitu besar”. Mengingat ruang lingkup yang tidak begitu luas dan selalu saja bertemu dengan orang-orang yang sama. Dan pastinya selalu mengingatkan “alarm” kapan untuk menikah. Mungkin seharusnya yang harus disurvei adalah perempuan-perempuan yang ada di kota kecil. Agar dapat diberikan satu solusi yang tepat.
Semuanya dikembalikan ke masing-masing individu, karena itu merupakan hak setiap individu untuk memilih. Dan seharusnya apa pun keputusan yang diambil sebagai orang-orang terdekat kita harus memberikan support.

Tidak ada komentar: