Senin, Februari 13, 2012

Refleksi

Belakangan hari ini jadi sering banget mengoleksi lagu-lagu jaman baheula dimana saya masih SMP (yups bener banget sangat jadul sekali dan jadi merasa tua aja). Entahlah, banyak kenangan yang tersimpan kala itu, dimana usia sudah menjadi ABG dan pastinya dengan segala cerita suka dan duka yang ada. Makanya dengan lagu-lagu itu saya seperti menapaki "mesin waktu" yang membuat saya seperti menonton bioskop dengan layar lebar (ya iyalah namanya bioskop pasti layarnya lebar) dan setiap peristiwa itu tiba-tiba hadir bergantian dengan diiringi lagu-lagu yang pernah ngehits di waktu itu.

Semua teman yang pernah hadir secara bergantian wajahnya muncul di layar tersebut. Jadi pengen tertawa melihat semua kejadian itu. Tetapi kini semua telah berbeda. Kita sudah hidup dengan kisah kita masing-masing. Entahlah apakah mereka masih mengingat masa-masa jadul tersebut. Atau sudah menenggelamkan diri dengan segala kesibukan yang ada. Buat saya setiap lagu yang pernah ada (baca ngehits) saat itu menjadi suatu pengiring dalam setiap peristiwa yang saya alami. Kadang tertawa atau malah bikin sedih jika lagu tersebut diperdengarkan. Ah.. semuanya sudah berlalu, sudah sembilan tahun yang lalu. Dengan segala keceriaan ala ABG waktu itu dan keterbatasan sarana (jangan bilang ada internet atau stasiun televisi yang beragam seperti sekarang). Bahkan untuk menangkap siaran televisi saat itu harus menggunakan parabola. Sedang saya jangankan parabola, televisi saja masih hitam putih. Dan hanya bisa menangkap siaran TVRI saja. JAdi ngerasa kuper kalau pas di sekolah mereka lagi pada ngomongin sinetron yang lagi booming. Duh, kalau sekarang mah ogah kali saya kalau disuruh menonton sinetron (males banget dengan cerita yang tidak masuk akal dan bertele-tele).

Semakin bertambahnya jaman semakin banyaknya fasilitas atau teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Mungkin nanti ketika jagoan kecil saya sudah besar akan semakin pesat kemajuan tersebut. Dan nggak bisa dibandingkan dengan ketika Bapaknya masih muda dulu. Dan ini berkaitan pula bagaimana kita nanti harus mendidik buah hati kita. Ternyata ilmu untuk mendidik anak juga penting untuk di update. Agar kita bisa lebih memahami sisi psikologis anak. Saya jadi ingat ada seorang publik figur yang setelah menikah (belum) mau punya anak karena dengan alasan menjadi orang tua itu tidak mudah. Memang tidak mudah tetapi bukan berarti kita tidak mau memiliki keturunan kan? Toh banyak sekali sumber yang bisa kita pelajari untuk mendidik buah hati kita. Buat saya sendiri anak sebagai rem, ketika kita (sering) meminta anak untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk maka sangat tidak adil jika kita malah melakukan hal tersebut. Nah, keberadaan anak saya pikir tidak tepat kalau dijadikan beban. Justru kehadiran mereka memberikan "warna" yang lebih ceria dalam kehidupan kita sebagai orang tua. Bisa dibilang ini sebagai proses bagi orang tua untuk "kuliah kerja nyata" dan mengaplikasikan segenap pengetahuan kita. Sukses ya buat orang tua diluar sana dalam mendidik sang buah hati. Because they deserve to get the beetr place to live.....


Gresik, February 13, 2012


Minggu, Februari 12, 2012

Nasehat buat diri sendiri

Rumput tetangga memang lebih hijau, pepatah itu bukan isapan jempol belaka. Tetapi memang benar adanya. Melihat perjalanan karier seseorang kadang membuat saya iri apalagi dengan segala kemudahan yang diperolehnya. Sedangkan saya harus berdarah-darah (lebay banget bahasanya) untuk menggapai karier yang entah saya sendiri tidak tahu pasti apa ini yang saya idam-idamkan. Saya yakin skenario dari Sang Pencipta adalah yang terbaik, begitu pula dengan hidup saya. Saya yakin saat itu akan tiba dan saya akan dengan bangganya mengatakan bahwa jalan yang saya tempuh telah memberikan tempaan buat saya untuk menjadi individu yang tahan banting dan lebih mensyukuri nikmat dari Yang Maha Kuasa even sekecil apapun.

Harusnya, mungkin mereka yang iri dengan saya, karena saya memiliki hidup yang lebih berwarna dengan segala tantangan, kegagalan dan semua kerikil-kerikil tajam yang menemani  perjalanan saya tersebut. Banyak cerita yang bisa saya kemukakan buat anak cucu saya nanti. Bukan hanya sekedar "jalan pintas" yang membuat kita tidak bisa melihat pemandangan indah disekeliling kita.

Pengorbanan yang kita berikan dalam hidup sebagai bumbu yang membuat "sedap" rasa kehidupan itu sendiri. Mengeluh boleh tetapi jangan stuck dengan mengeluh tiada akhir tanpa melakukan action untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Yang perlu diingat janji Sang Khalik di kitab suci "Bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib hambaNya jika kita tidak berusaha". Jadikan perasaan iri tersebut menjadikan kita cambuk untuk bekerja (lebih) keras lagi dibandingkan dengan yang lainnya. Ketika yang lain sudah berada di "zona nyaman" kita harus lebih menggali sisi kreativitas dan inovasi agar kita bisa lebih "menikmati" hidup. Dan tidak menjadikan hidup hanya sebagai rutinitas belaka.

Gresik, 12 Februari 2012

Sabtu, Februari 11, 2012

Apa yang kita inginkan tidak selalu bisa kita dapatkan. Walaupun kita sudah memberikan tenaga yang (ekstra) keras dan mengharapkan hasil yang maksimal. Tetapi kenyataan berkata lain, semua itu lepas dari genggaman dan hilang begitu saja. Siapa yang tidak merasa kecewa dengan kejadian seperti ini. Jujur, saya kecewa (banget). Sampai-sampai saya jadi orang yang sinis (walaupun saya tidak menyadarinya). Komentar tersebut justru saya dapat dari teman saya, inilah gunanya teman agar kita bisa saling mengingatkan satu dengan lainnya. 


Allah SWT tidak pernah salah dalam memberikan jalan buat hamba Nya. Mungkin ini bukan jalan saya untuk bisa mencapai kesuksesan itu. Insya Allah, ada jalan lain yang bisa saya raih. Sudah waktunya saya untuk bangkit dari keterpurukan ini. Jujur saya katakan ini bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan (lebih mudah diucapkan saja :) ). Tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan kan? Berbekal kesabaran dan sisa-sisa tenaga saya putuskan untuk kembali berdiri dan berjalan untuk bisa menapaki hidup. Untuk memberikan sesuatu buat keluarga kecilku.